"
Dunia tidak pernah berhenti tertawa, aku diam, dan dunia semakin menertawakanku."
Emily sedang mengajak Topan berkeliling saat matahari di ujung barat. Iya, senja ini, seperti biasa, Emily selalu menyempatkan diri, meyakinkan Topan. Bahwa dunia sedang membuat kelucuan
dengan mereka. Karena itu, tidak seharusnya mereka sedih bahkan menangisi apa yg sedang terjadi.Iya, karena itu hanya bahan bercandaan dunia.
"Bagaimana kamu bisa berpikir bahwa dunia sedang bercanda? padahal aku sudah tdk dpt berdiri dg kakiku sendiri?" Topan heran.
"Topan.."Jawab Emily, satu kata. Lalu dia tersenyum. Dia berlutut di depan Topan, dan menggenggam tangannya. Berkedip.
"Aku bahkan selalu belajar tertawa darimu. Katamu kalau aku menangis, dunia akan semakin geli, karena ini hanya sebuah kelucuan. Mungkin lebih tepatnya adalah ujian. Yang harus kita hadapi dengan tertawa!" Kata Emily.
Topan tampak menarik nafas. Iya, sejak 3 bulan lalu, dia harus berjalan dengan kursi roda. Sebuah kelainan menyerang sistem syarafnya sehingga dia tdk dpt menggerakan kakinya. Memang belum lama, tapi segala upaya medis sedang dijalani Topan. Emily tahu betul bagaimana setiap saat Topan menahan rasa nyeri dg senyuman tertahan.
Emily dan Topan sudah bersama-sama sejak dua tahun lalu. Saat mereka sama-sama tergabung dalam kelompok bakti sosial di Jakarta.
"Iya,
dunia memang sedang bercanda.." Kata Topan lirih.
***
Hari ini Emily mengantar Topan ke Bandara. Topan harus mendapat pelayanan yg lebih baik. Dan harus yang terbaik. Orang tuanya sudah mengkonsultasikan dengan dokter Topan di Jakarta. Topan dirujuk ke Singapura.
Sekarang perasaan Emily campur aduk. Di satu sisi Emily senang karena membawa Topan ke Singapura artinya mengizinkan Topan mendapat pelayanan yang lbh intensif, dan Topan akan segera sembuh. Namun di sisi lain, Emily sangat sedih. Dua tahun Emily selalu habiskan waktu dg Topan, bersama-sama saling menguatkan.
Saat itu, Emily pernah merasa menjadi makhluk paling lemah, tdk bisa lagi berharap keindahan dunia. Waktu itu, Mama Emily mendapati sebuah polip (daging tumbuh) di rahimnya setelah mengalami pendarahan hebat dan kehilangan banyak sekali darahnya. Di tengah malam yang dingin, saat Mamah Emily kritis, Emily bertanya kepada Tuhan.
"Kekuatan apa lagi yg Engkau siapkan untukku ya Tuhan?" Dia gelap, setiap saat dia tdk bisa terlepas dari pikiran negatifnya kepada Tuhan. Kemudian Topan menelpon Emily.
"Sayang, berpikirlah positif dengan segalanya. Ingat ya, dunia sedang membuatmu menjadi kuat. Anggaplah Dia sedang membuat sebuah lelucon. Bukan sesuatu yang mengerikan!" Topan berusaha menenangkan Emily.
"Hahahaha..." Emily tertawa kosong mendengar ucapan Topan. "bagaimana bisa kamu katakan dengan begitu mudah? memang kamu tahu apa yg akan terjadi? Darah Mamahku sudah hampir habis. Bisa kamu bayangkan, hidup dengan darah yang terbatas? Tanpa alat-alat medis itu, apakah..." Emily tdk mampu melanjutkan prasangka buruknya terhadap Tuhan.
"Emily, ingat ! percaya! percaya! Pikirkan semua hal yg baik!"
"Sayangnya aku tidak sekuat kamu!"
Topan hanya menarik nafas panjang mendengar ucapan Emily.
Tapi, Tuhan memang selalu baik, Dia tdk pernah marah meskipun Emily berpikir nagatif dengan takdir-Nya. Bahkan saat mamahnya kritis seperti itu, Emily masih berpikir negatif terhadap Tuhan. Dia hampir putus asa. Tetapi tidak dengan Ayahnya.
"Kita harus semangat sayang, untuk Mamah.."kata Ayah Emily.
Sampai akhirnya Tuhan memberi jawaban. Sakit mamahnya bisa diangkat dan Emily bisa melihat mamahnya tersenyum lagi. Emily sangat bersyukur. Atas semua kekuatan yang Tuhan berikan.
Kini, saat kekuatan yang berbeda menyangkut dalam diri Topan, Emily selalu meyakinkan dirinya. Bahwa dunia hanya sedang bercanda. Ini hanya lelucon.
Hadapi semua dg tertawa. Topan akan hidup bahagia bersamanya.
"Iya,
dunia memang sedang bercanda." kata Emily lirih.
***
Emily terduduk merangkul kedua lututnya. keluarga Topan baru saja mengabarinya bahwa sakit Topan semakin parah. Dia biarkan air matanya mengalir deras. Merdeka. Dia hanya sedang ingin menikmati kelimbungannya. Dadanya sesak. Semakin erat dia memeluk dirinya sendiri. Dia membenamkan kepalanya.
Setelah berminggu-minggu, dokter menemukan semakin banyak sistem saraf yg terganggu, ada alzheimer yg diam-diam menyerangnya. Dia sudah mulai susah mengingat.
"Tuhan, kenapa Kau hanya berikan kesakitan kepada mereka? Mamahku? dan sekarang Topan? Kenapa tidak aku saja? Gantikan ya Tuhan. Aku ingin dia menjadi aku yg sehat. Biar aku yg merasakan semua hal yg menyebalkan itu! Aku terlalu lemah untuk bisa menguatkan dia!"
Emily benar-benar merasa semua ini tdk adil. Bahkan setiap kali dia berdoa, dia selalu bertanya pada hatinya sendiri.
"Apa yg menjadi doaku adalah yang akan terjadi? Apa Tuhan juga menyetujui keinginanku?" Tanya Emily kepada hatinya sendiri.
Dia jadi tdk pernah yakin dengan dirinya sendiri. Iya, sendiri. Tanpa Topan. Mereka sudah lama tdk berhubungan. Hampir setahun setelah hari itu, saat Topan ke Singapura. Dan kabar terakhir adalah saat sakit Topan semakin parah.
Emily tdk pernah bisa sama sekali memalingkan pikirannya dari semua "kelucuan dunia" itu. Dia membuka-buka ponselnya. Menemukan foto-foto dirinya dengan Topan. Bening. Saat foto-foto bersama kelompok bakti sosial. Saat mereka berdua sama-sama menjadi jurnalis. Saat merayakan anniversary. Dan saat Emily memapah Topan berjalan. Semuanya penuh tawa.
Dia juga membuka-buka buku catatannya. Hampir setiap halaman membicarakan Topan. Susah atau senang. Sesekali Emily tersenyum membaca catatannya yang dia anggap lucu. Matanya terpaku pada sebuah tulisan Dunia pasti sedang bercanda. Emily kembali tersenyum.
"Tuhan, apa aku harus mempercayai kata-kata makhluk yg menyebalkan itu?!"
Dan hatinya menjawab 'ya' dan 'harus'.
"Iya, dunia memang tdk pernah berhenti bercanda. Membuatku terjungkir balik. hahaha.. Dan aku harus mengalah. Jangan sampai dunia terlalu suka menertawakanku." Kata Emily. Setelah itu, dia menghadapkan wajahnya ke cermin. Seperti sedang memberi motivasi kepada seorang gadis bermata sayu di seberang sana, dia bicara.
"Ini hanya lelucon. Ini lelucon. Jangan khawatir! jangan takut! Tertawa sajalah. Jangan menangis. Ingat, Tuhan sedang menguatkanmu! menguatkan orang-orang yg kamu sayangi! Jangan biarkan dunia terkekeh melihat kebingunganmu!"
Dia diam sejenak. Tertawa. Entah bagaimana hatinya. Dia kembali bicara.
"Sesuatu yang Tuhan inginkan menjadi A, tidak mungkin bisa aku rubah menjadi B atau C!"
Dia diam, lalu murung.
"Bagaimanapun keadaan Topan, Tuhan lebih tahu yang terbaik. Aku bukan malaikat yg begitu mudah akan dikabulkan doanya. Imanku rendah. Aku bukan manusia taat. Aku bukan siapa-siapa. Tidak tahu apa-apa."
Setelah itu, tdk terdengar lagi ucapan Emily. Dia meletakkan kepalanya ke mejanya. Mencoba mendengarkan detak jantung Topan. Namun, yang dia dengar hanyalah detak jam dan nadinya sendiri.
"Ini berat sekali ya Tuhan..." Kata Emily sambil memejamkan mata. Berharap sesuatu yg indah datang di mimpinya. Tapi dia tidak juga terlelap. Pikirannya berbicara sendiri-sediri. ntah kemana larinya.
" Topan bukan segalanya,Kehilangan dia tidak akan sesakit jika kamuu kehilangan Mama!"
Emily tersentak. Membuka matanya. Menatap wajahnya di cermin. Mencari dari mana datangnya suara itu. Dan dia tidak menemukan siapapun selain wajah gadis sayu di cermin itu.
"Benarkah aku harus kehilangan Topan? hahaha Dunia pasti sedang bercanda.." Kata Emily lirih.
Iya, dunia tidak pernah berhenti bercanda. Apapun yang terjadi, itu bukanlah hal yang menakutkan. Emily dan siapapun di dunia, hanya perlu sedikit tertawa. Iya, Semuanya akan baik-baik saja..
Thanks ^_^