Laman

Kamis, 26 Juli 2012

jangan ikut pergi.

maaf kalo selama ini aku sibuk dengan masalahku. dengan lukaku.
kumohon jangan bosan.
jangan berhenti ajari aku meniti.
menjaga
seimbang.
biar aku tidak pincang, tidak terpeleset lagi.
biarpun aku begitu menikmati. tapi ada saatnya aku lelah.
kau tahu kan?
ajari aku terus.
jangan muak.

tetap disini dan jangan ikut pergi.

Setiap Hari itu Baru

Iya, masih dengan luka yang lama. Hati yang lama.jiwa lama. haha iya, aku bahkan tidak pernah berhasil menjadi orang yang baru. aku tetap aku. sejak setahun yang lalu. hanya memelihara luka. luka. dan luka lagi. bahkan sudah mulai bersahabat dengan baik. dengan luka. seandainya dengan luka bisa mendapatkan uang. aku sudah menjadi milyarder sekarang haha. tapi aku pernah belajar ketulusan. bahwa untuk bersahabat dengan tulus tidak perlu mengharapkan apapun, seperti aku yang bersahabat dengan luka.

Heran sendiri dengan keadaan hati yang selalu bicara sendiri. maju mundur begitu. Nggak jelas. penuh dengan keraguan. sebentar-sebentar semangat. sebentar-sebentar muak lalu ingin terburai. tergeletak. begitu.

kalian, kalian yang mengaku pernah mengerti aku. membaca ini. tidak usah sungkan tertawa. aku juga tertawa. menertawakan aku yang sedang ditertawai dunia. ini sangat menggelitik. dan aku menikmati sekali permainan ini. di mana aku diharuskan konsisten. seimbang. tapi aku terpincang-pincang, terpeleset-peleset. lucu sekali duniaku.

Paling hanya pada saat berdoa aku bisa mulai terdiam. mendiamkan pikiranku yang tidak berhenti bicara. sejak setahun yang lalu itu. waktu dia pergi meninggalkan semua cerita dan aku. jejaknya aku usap-usap. kutandai biar jelas. biar aku bisa memandangnya setiap kali aku rindu. rindu kesiapa? seseorang yang mengaku dirinya sebagai temanku. dengan kehidupan barunya yang mengasyikkan. sampai-sampai dia lupa bahwa aku disini pernah dia katai 'sayang..'.

Aku pun sadar. dia yang mengaku sebagai temanku sekarang memang lebih cocok sepert itu. tanpaku dan bebas katanya. sudahlah. aku sudah terlanjur menikmati ini. kata ibuku ketulusan tidak harus diketahui. barangkali aku bisa melakukannya, untuknya dan untuk cerita yang sudah dirangkaikan Tuhan.

Setiap hari itu baru. Iya, baru. baru. tapi hatiku masih yang lama. masih menyebalkan. matikan saja. biar gelap.

Jumat, 06 Juli 2012

we are best friend actually..

Luka,
mengajari.
Putus asa,
mengajari.
Kehilangan,
mengajari.

Luka, putus asa, kehilangan saya sudah bersahabat dengan baik dengan semua itu. Terdengar agak berlebihan sih memang. Tapi saya selalu berusaha meyakini bahwa mereka semua ada untuk menguatkanku. Menguatkan setiap langkahku. Meskipun terkadang saya tidak yakin dengan apa keputusan saya.

Beginilah saya. Mungkin memang kadang terlihat begitu menyedihkan. Memeluk luka sendiri, menimang-nimang kepahitan, mengkadang-kadang keputus asaan. Seolah mereka semua memberikan kebahagiaan yang banyak untuk saya. Entah apa yang membuat saya begitu tertarik dengan mereka semua, padahal saya sendiri tidak pernah yakin bagaimana nanti ujungnya.

"everything is gonna be okay...."
"semuanya akan indah pada waktunya..."
"kamu akan lebih bahagia..."
"percaya saja, takdir akan membawamu menjadi lebih baik..."

Apa yang harus membuat saya yakin dengan kalimat-kalimat itu? Apakah kalimat-kalimat itu mengandung magis, setara dengan kalimat "Abrakadabra...!!!" atau bahkan "Kun..." maka terjadilah..?? saya sangat mempertanyakan hal itu.

Iya, terkadang bahkan sering kali, saya juga mengucapkan kalimat itu. Seperti mantra, berulang-ulang hingga saya muak sendiri. Semata-mata untuk menguatkan saya. Hey... menguatkan?? sekarang mana yang lebih tepat? menguatkan, menenangkan atau membohongi?

Ahh...Benar kan... saya mulai tidak percaya. Saya mulai membanting diri saya ke bagian terendah dari sebuah keyakinan. Dan sayangnya, tidak ada yang pernah meyakinkan aku sendiri kecuali suara-suara memuakan dari dalam diri saya dan yaaa.. Tuhan.

Selain Dia, mungkin semuanya sudah bosan dengan saya. Dengan setiap apa yang saya keluarkan. Kalo boleh menghakimi, mungkin mereka ingin menampar saya satu persatu. haha lucu. Seperti sebuah drama. Dan saya adalah peran utama yang nantinya akan mati tenggelam dalam kubangan keputus-asaan. Dan sayangnya saya menikmati ketenggelaman itu. Ahhh.. sial !

Sudah sudah... Dari semua itu, ada juga saatnya. Saat saya percaya dengan beberapa kalimat di atas tadi. Yang saya tarik kesimpulan menjadi satu kata, yaitu tentang kepasrahan.

Saya sengaja menulis di meja kerja saya :

"hidup itu bukan tentang menyerah pada takdir, tapi untuk mencoba taat dengan proses yang sedang berjalan.."

Sebenarnya saya tidak suka dengan pasrah. Tapi sepertinya saya memang harus menyadari bahwa saya memang tidak bisa berbuat apapun. Tidak ada kekuatan supranatural, tidak ada jurus-jurus, tongkat ajaib, lampu wasiat dan segala macam yang membuat saya bisa merubah takdir. Bahkan dalam sebuah buku disebutkan bahwa "hanya do'a yang bisa menangkal takdir.." pun saya masih belum yakin. Yang jadi pertanyaan saya adalah do'a yang seperti apa yang bisa menangkal takdir?

Setiap kali saya berdoa, saya sendiri selalu bertanya kepada hati saya sendiri. Apa sudah benar doa saya? Jangan-jangan saya salah berdoa, jangan-jangan yang saya do'akan ini tidak baik. Padahal anda semua tahu bahwa dalam berdoa harus disertai dengan keyakinan yang tulus bahwa doa kita akan terkabul. Tapi saya tidak pernah yakin dengan do'a saya. Bagaimana Tuhan akan mengabulkan?

(walahhh,, ini arah pembicaraan saya kemana?? toeng toeng...)

Haha, begini intinya. Saya sudah terbiasa bersahabat baik dengan semua hal yang itu kadang membuat saya benar-benar putus asa sekaligus membuat saya tegar setegar-tegarnya, kuat sekuat-kuatnya. Tapi saya juga tidak tau kalau seandainya saya bisa jatuh sejatuh-jatuhnya.

Sekarang begini, mungkin ini seperti pasrah. Tapi saya tidak mau menyebutnya pasrah, menyerah atau apa yang lain yang itu seperti lemah. Sekarang, saya coba belajar dari waktu. Detik, menit, jam, hari, bulan, tahun adalah hitungan waktu yang begitu cepat berlalu. Dia -waktu- begitu ringan pergi, beranjak dari sini ke sana. Ringan sekali. Seperti itulah saya coba menyikapi semua. Ringan, seringan waktu yang berlalu saya juga ingin ringan menghadapi dunia. Tanpa beban tanpa perasaan tertekan.

Tahu-tahu, saya sudah berada di masa depan. haha... meskipun tidak menggunakan mesin waktu. Iya,.. Begitulah. Saya hanya ingin merawat luka ini dengan tabah dan tegar.

Mari tertawa bersama :D




Cool Dark Blue Pointer Glitter