kepada pemilik rindu,
aku bicara pada hujan, berhenti turunkan hujan
yang pemiliknya tak lagi mau merasakan,
sayangnya hujan tak mau mendengar,
dia terus saja menghujami hati, aku pura-pura mati
sampai hujan reda, mungkin kau juga tak ada,
anak kecil bermain-main di becekan,
memunguti rinduyang berjatuhan
berlari-lari menaruh rindu di depan rumahku
berharap kubukakan pintu
tapi aku diam saja, pura-pura bisu
diam-diam rindu menyelinap masuk melalui lubang pintu
anak kecil berteriak, aku terhenyak.
"ah!" kataku sambil bertepuk satu
belum kuapa-apakan rindu ini, di luar hujan turunkan rindu lagi,
pemiliknya tak mau merasakannya lagi
ah, apa-apaan ini?
baiklah, kutanyai rindu satu-satu
sementara hujan di luar menderu, menertawakan aku.
"siapa yang mengirimmu?" ku sentil rindu ke-satu
yang lain diam memandangi mataku, nafasku terburu.
"pemilikku hanya tak mampu katakanku padamu,
ketika hujan memanggil-manggil aku ingin menemuimu,
wanita yang dirindukan pemiliku. sementara dia tak mau memilikimu."
aku tercekat, ketika kita tak bisa saling mengikuti
mengapa rindu begitu tulus mengikuti?
lalu ku peluk ciumi rindu satu-satu, ku selimuti.
ku beri ruang di hati.